Selasa, 08 Mei 2012

Kediri Mall: Mematikan Pengusaha Lokal


Membicarakan daerah-daerah di Jawa Timur, kota-kota selain Surabaya, Sidoarjo dan Malang tampaknya masih dipandang ndeso oleh sebagian masyarakat. Kota-kota di luar Surabaya, Sidoarjo dan Malang memiliki kesan masih alami dan belum mengalami perkembangan di bidang pembangunan.
Nyatanya, di Kota Kediri sudah berdiri Kediri Mall yang merupakan mall terbesar di Kota Kediri saat ini. Pada hari Jumat (4/05), saya pergi ke mall yang kebetulan tidak jauh dari rumah teman saya. Bukannya saya rindu dengan mall (sebenarnya malah saya sudah bosan karena terlalu banyak mall di Surabaya), hanya saja saya ingin tahu perbedaannya dengan mall di Surabaya.
Mall berlantai tujuh tersebut awalnya bernama Pasaraya Sri Ratu yang berdiri tahun 2001. Namun, sekitar tahun 2010 dibangun Kediri Mall dan bergabung dengan Sri Ratu. Kediri Mall berdiri di tanah yang sebelumnya merupakan area parkir Pasaraya Sri Ratu. Di Mall yang terletak di Jl. Hayam Wuruk terdapat tenant seperti McDonalds, Hoka-Hoka Bento, dan Inul Vizta yang dapat dijumpai pula di mall-mall di Surabaya. Namun, jangan harap dapat menemukan Cinema21 atau XXI di sana. Sebagai gantinya, terdapat Golden Theater sebagai gedung bioskop. Namun, gedung tersebut terletak di pasar swalayan di seberang Kediri Mall, yaitu Golden Swalayan.
Kediri Mall
Ukuran mall tersebut tidak memang tidak sebesar mall-mall di Surabaya. Kalau saya tidak salah (mohon maaf jika salah), kira-kira Kediri Mall sebesar Pasar Grosir DTC yang terletak di Wonokromo, Surabaya. Dan sayangnya, keberadaan mall tersebut tidak mendukung keberadaan pengusaha-pengusaha lokal bermodal kecil di Jl. Doho.
Meski sudah bergabung dengan Pasaraya Sri Ratu, warga Kediri masih sering menyebut Kediri Mall sebagai Sri Ratu. Hal tersebut saya sadari ketika teman saya lebih sering menyebut Kediri Mall sebagai Sri Ratu, dan juga beberapa papan penunjuk jalan yang menunjukkan arah ke Pasaraya Sri Ratu, bukan Kediri Mall. 

Tema: Pembangunan

Pasar Setono Betek: Pasar yang Tak Pernah Mati


Meskipun pembangunannya sudah mulai modern, namun pasar tradisional belum ditinggalkan. Salah satu pasar tradisional di Kediri yang masih bertahan adalah pasar Setono Betek yang terletak di Jl. Pattimura. Pasar tersebut merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Kediri dengan luas kurang lebih 3,6 hektar.
pasar Setono Betek
Di pasar tersebut terdapat—kalau saya tidak salah memperkirakan—ratusan pedagang. Para penjual di sana menjual berbagai macam kebutuhan: ada yang menjual peralatan dapur, sayur-mayur dan lauk-pauk, hingga pakaian. Ada pula yang menjual buah-buahan dan jajanan pasar. Pasar tersebut buka selama 24 jam, dengan pembagian para penjual di bagian depan pasar berjualan dari pagi hingga sore hari, sedangkan sisanya dari sore hingga pagi hari.
bagian samping pasar Setono Betek sore hari
Pada Jumat sore (4/05) ketika saya berkunjung untuk sekedar melihat-lihat pasar tersebut, banyak pedagang di bagian samping pasar yang berjualan. Saya sendiri disambut dengan ramah oleh seorang pedagang ikan ketika saya mengabadikan pasar tersebut.
Sebenarnya ada satu pasar yang dulu juga bersaing dengan Pasar Setono Betek, yaitu Pasar Pahing. Namun, sejak dibangun menjadi lebih modern, pembeli di Pasar Pahing justru berkurang.
Tema: Tradisional

Pecel Bu Darmo: Sampai ke Amerika


Selain olahan tahu, Kediri juga dikenal dengan makanan pecel. Di Jl. Doho saat malam hari, siapapun akan dengan menemukan banyak penjual pecel di pinggir jalan. Tapi, pecel yang selalu ramai dikunjungi adalah Warung Pecel Bu Darmo milik keluarga teman saya.
Setiap pagi selama saya berada di Kediri, saya selalu disuguhi nasi pecel oleh keluarga teman saya. Bukan tidak ada menu lain di Kediri, hanya saja keluarga teman saya itu memiliki warung pecel sejak lama dan sangat terkenal di Kediri sana. Warung pecelnya dinamai Warung Pecel Bu Darmo. Itu adalah nama nenek teman saya. Warung tersebut memang sudah berdiri sangat lama, dan jika teman saya mengatakan warung tersebut sudah ada sejak ia kecil, itu berarti warung tersebut sudah berdiri 20 tahun lebih!
warung pecel Bu Darmo
Warung yang terletak di Jl. Banjaran itu buka setiap hari mulai pukul 6 pagi. Warung yang dijalankan secara turun-temurun tersebut nyaris tak pernah sepi pengunjung, apalagi ketika hari Minggu. Sabtu pagi (5/05) saat saya diajak teman saya ke sana, warung tersebut sudah penuh oleh orang-orang yang sedang dan akan mengisi perut. Sambal pecel buatan sendiri yang pedas bahkan mampu membuat pengunjung yang tidak menyukai makanan pedas ketagihan. Banyak pilihan lauk yang disediakan seperti tahu, tempe, dan telur mata sapi. Dengan harga rata-rata empat ribu rupiah saja pengunjung sudah dapat merasakan sensasi pedas pecel tersebut.
pecel dibungkus daun pisang
Sambal pecel dan peyek warung Bu Darmo bahkan sudah pernah ‘terbang’ ke Singapura dan Amerika. Salah satu pemesan pecel tersebut adalah pemilik dari Pabrik Rokok Gudang Garam. Itulah sebab mengapa sambal pecel dan peyek warung Bu Darmo bisa terbang menaiki helikopter.
Jika sedang berada di Kediri dan mencari tempat untuk sarapan, coba kunjungi warung tersebut. Tapi jangan datang di atas pukul 9, karena bisa jadi Anda tidak sempat mencicipi pecel tersebut. Sebab, warung akan ditutup begitu persediaan nasi sudah habis.
Tema: Kuliner

Kebun Binatang Mini


Ke Kediri tanpa mengelilingi kawasan Pabrik Rokok Gudang Garam rasanya kurang afdol. Kawasan pabrik rokok yang sangat luas tersebut memiliki berbagai macam fasilitas seperti GOR Sasana Krida, dan ada juga penangkaran hewan yang lebih dikenal sebagai kebun binatang mini.
Pada hari Jumat sore (4/05) saya sempat melihat kebun binatang mini yang memiliki luas lahan sekitar 1 hektar tersebut meski hanya sebentar. Sayang, saat itu sudah sepi pengunjung, hanya tampak beberapa penjual makanan atau mainan di sekitar kebun binatang mini. Tempat tersebut memang ramai pengunjung di pagi sampai siang hari, terutama di akhir minggu. Banyak orang tua yang mengajak anak-anak mereka untuk melihat hewan-hewan di sana. Cara tersebut juga cukup sukses untuk menghemat kantong para orang tua yang tidak ada waktu atau tidak cukup biaya untuk pergi ke Kebun Binatang Surabaya.
penangkaran hewan

kolam di Bonbin Mini

sumber gambar: http://story-of-mamamia.blogspot.com/2011/06/kebun-binatang-mini.html
Penangkarang hewan yang dikelola Gudang Garam tersebut memiliki beberapa hewan seperti burung merak, kijang, angsa, atau anjing. Untuk melihat-lihat hewan di penangkaran tersebut, pengunjung tidak perlu merogoh kocek. Tapi sayang, pengunjung pun tidak diizinkan masuk ke kebun binatang mini tersebut.
Sayang saya tidak bisa memperoleh informasi lengkap mengenai kebun binatang mini tersebut karena kepala pengurus penangkaran hewan tersebut sulit ditemui.
Tema: Fauna

Petilasan Joyoboyo


Pada Sabtu pagi menjelang siang (4/05), saya pergi ke makam Petilasan Joyoboyo bersama kedua teman saya, Mey dan Della beserta adiknya. Petilasan tersebut terletak di Desa Menang, Kecamatan Pagu, yang berjarak 12 kilometer arah utara Kota Kediri. Tempat yang cukup jauh dari Kota Kediri.
 Petilasan tersebut merupakan tempat muksa (jiwa dan raga kembali ke alam kelanggengan secara bersama-sama) Sang Prabu Sri Aji Joyoboyo sebagai raja Kediri yang memerintah pada tahun 1135-1157. Petilasan Joyoboyo dipugar atas prakarsa Keluarga Besar Hondodento pada tahun 1975 dan diresmikan pada 17 April 1976. Petilasan Joyoboyo merupakan bekas wilayah Kraton Kediri.
Loka Mahkota

Pamuksan
jalan masuk Petilasan
Loka Busana
Di sana terdapat 4 tempat yang dianggap sakral, yaitu loka muksa tempat Sang Prabu melakukan muksa, loka busana, lokamahkota, dan Sendang Tirto Kamandanu.
Setiap 1 Suro, selalu diadakan upacara adat yang diikuti oleh peserta khusus dan pengunjung dari berbagai daerah di petilasan tersebut. Selain itu juga diadakan penyucian bersih desa oleh warga Kediri. Peninggalan sejarah Kediri tersebut biasanya sering dikunjungi pada malam Jumat Legi dan Selasa Kliwon.
Tema: Sejarah, Tempat Keramat

Arca Totok Kerot: Sejarah yang Terbengkalai


Usai mengunjungi Petilasan Joyoboyo, kami pergi mengunjungi Arca Totok Kerot. Arca tersebut terletak di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu. Arca tersebut masih memiliki sejarah yang berkaitan dengan Petilasan Joyoboyo. Legenda tersebut bermula dari seorang putri cantik yang melamar Sri Aji Joyoboyo, namun ditolak. Lalu terjadilah perang antara pasuka Lodoyo dan pasukan Menang, dan akhirnya putri tersebut dikutuk Sri Aji Joyoboyo menjadi patung raksasa wanita buruk rupa.
Arca Totok Kerot
Arca Totok Kerot berwujud raksasa wanita berkalung tengkorak yang memiliki tinggi kurang lebih 300 cm. Awalnya arca tersebut terpendam di dalam tanah, lalu pada 1981 arca tersebut diangkat sampai setengah badan. Lalu sekitar tahun 2000, arca tersebut diangkat seluruhnya dan muncul di permukaan tanah. Arca Totok Kerot dianggap sebagai pintu gerbang Kerajaan Kediri.
Tempat tesebut jarang dikunjungi orang karena memang tidak dibangun sebagai tempat wisata. Di sekitarnya juga minim penjual makanan (saya hanya melihat 1 warung di dekat sana). Orang-orang kebanyakan hanya mampir sebentar lalu pergi. Saat saya berkunjung ke sana (5/05), saya hanya melihat sepasang anak sekolah duduk-duduk di pos dekat arca tersebut.
Tema: Peninggalan Sejarah

Simpang Lima Gumul: Tempat Nongkrong Anak Muda


Jika ingin menemui sejumlah anak muda Kediri berkumpul terutama saat malam Minggu dan Minggu pagi, coba kunjungi Monumen Simpang Lima Gumul (SLG). Tempat tersebut merupakan salah satu ikon wisata Kota Kediri yang dirintis oleh Bupati Sutrisno pada tahun 2001 dan selesai dibangun tahun 2005.
Monumen yang terletak di Desa Tugu Rejo, Kecamatan Ngasem tersebut memiliki luas 804 meter persegi dan tinggi 25 meter. Di keempat sisi Monumen SLG terdapat Arca Ganesha yang merupakan lambang Kabupaten Kediri. Di Monumen SLG pengunjung dapat melihat relief yang menggambarkan kesenian tradisional Kediri dan budaya Indonesia, sejarah Kediri, sampai kerukunan antarumat beragama. Monumen SLG dibangun karena terinspirasi L’Arch de Triomphe yang ada di Paris.
SLG malam hari
SLG siang hari

L’Arch de Triomphe
Saat saya berkunjung Sabtu malam (5/05) ke SLG, monumen tersebut sudah dipadati oleh pengunjung yang sebagian besar adalah anak muda. Pengunjung tidak hanya berasal dari Kediri, tetapi ada juga dari kota-kota lain. Di sana pengunjung dapat menikmati akses wifi yang entah baik atau tidak koneksinya, karena saya tidak mencobanya. Kawasan monumen yang dikelola oleh pemerintah tersebut memang selalu ramai saat malam Minggu dan Minggu pagi (untuk jogging). Di sekitar area parkir terdapat Pasar Tugu yang menjual berbagai macam makanan dan juga barang-barang seperti kaos.

terowongan bawah tanah SLG
Pasar Tugu SLG
Dari area parkir, pengunjung akan melewati sebuah terowongan bawah tanah yang menghubungkan area parkir dengan monumen. Sebenarnya Monumen SLG memiliki fasilitas seperti diorama dan convention hall, namun sayang monumen tersebut hanya dibuka saat hari libur. Jalanan sekitar monumen yang cukup luas tak jarang digunakan sebagai arena balap oleh anak-anak muda Kediri.
Tema: Wisata, Tempat Hiburan

Stadion Brawijaya


Rumah kawan saya sebenarnya sangat dekat dengan Stadion Brawijaya. Sebuah stadion di mana sering diadakan pertandingan sepakbola, terutama tentu saja oleh sang tuan rumah sendiri: Persatuan Sepakbola Kediri (Persik). Sayang, selama 4 hari (Kamis-Minggu, 3-6 Mei 2012) berada di Kediri, saya sama sekali tidak berkesempatan untuk memasuki stadion dan tidak berjumpa dengan para Persik Mania (sebutan bagi suporter Persik) karena tidak ada pertandingan sepakbola.
Stadion Brawijaya malam hari
Stadion Brawijaya dibangun pada tahun 1983 dan sempat direnovasi pada awal tahun 2000an. Stadion sepakbola tersebut memiliki kapasitas sebanyak 20.000 penonton. Tahun 2008 sempat menjadi tahun bersejarah bagi stadion tersebut, yakni terjadi pembakaran stadion oleh Aremania (suporter Arema).
Namun, sepanjang penglihatan saya selama di Kediri, saya bahkan tidak menyadari keberadaan stadion tersebut sampai akhirnya diberitahu oleh teman saya. Bagi ‘orang luar’ seperti saya, keberadaan Stadion Brawijaya tampaknya kurang mencolok.
Tema: Olahraga

Kediri Minerva Community: Komunitas Motor yang Gemar Jelajahi Kelud


Usai puas berjalan-jalan di Simpang Lima Gumul, saya dan seorang teman saya berencana pulang karena sudah malam. Saat melewati Stadion Brawijaya, kami melihat sekelompok pemuda bersama motor sport mereka. Sabtu malam itu (4/05), tepat ketika kami akan mendekati mereka, hujan turun. Kami pun duduk sejenak bersama mas-mas yang cukup ramah itu sambil bertanya sedikit tentang mereka.
Ternyata mereka adalah sebuah komunitas motor di Kediri yang bernama Kediri Minerva Community (KMC). Diberi nama demikian karena mereka adalah komunitas di Kediri dari dealer motor yang bernama Minerva. Komunitas yang baru berdiri pada bulan September 2010 tersebut memiliki 50 anggota, namun yang aktif hanya 15 orang. Aris, salah seorang anggota komunitas tersebut mengatakan selama ini mereka gemar melakukan touring, terutama ke daerah pinggiran Trenggalek dan Gunung Kelud yang biasa dilakukan 2 bulan sekali.
KMC

KMC
KMC yang berdiri dengan tujuan bersenang-senang sekaligus mempromosikan dealernya tersebut biasa berkumpul di sekitar Stadion Brawijaya mulai pukul 9 tiap malam minggu. Setelah itu mereka sekedar duduk-duduk sambil ngopi, kemudian lanjut rolling alias keliling Kediri sampai pukul 12 malam.
Tema: komunitas

Gunung Klotok: Gunung Berwajah Manusia


Pada hari terakhir saya berada di Kediri, yaitu Minggu (6/05), saya pergi ke Gunung Klotok bersama kedua teman saya, Mey dan Della, beserta keluarga Della. Menaiki mobil keluarga Della, kami menuju gunung tersebut sekitar pukul 6 pagi.
Gunung Klotok sebenarnya bukun gunung tertinggi di Kediri, namun karena lokasinya tidak begitu jauh dari rumah Mey, kami pun pergi ke sana. Meski begitu, bukan berarti Gunung Klotok tak menarik untuk dikunjungi. Jika diamati baik-baik, Gunung Klotok tampak seperti wajah manusia dari samping yang melihat ke atas.
Gunung Klotok yang diselimuti kabut
Saya tidak menyangka bahwa gunung yang saya kunjungi cukup terawat. Dalam benak saya, yang namanya gunung ya hanya jalan menanjak berliku dengan banyak pepohonan sejauh mata memandang, serta daerah bersawah-sawah. Maklum, selama ini saya hanya pernah ke Gunung Lawu, tempat tinggal nenek-kakek saya.
Setiba di sana, Gunung Klotok masih tertutup kabut. Namun sudah ramai sekali oleh pengunjung, yang kebanyakan pergi ke sana untuk jogging. Ada yang pergi berjalan kaki, naik sepeda ontel, sepeda motor, dan juga mobil. Beberapa orang datang bersama keluarga, namun ada juga yang pergi bersama teman atau pacar. Pengunjung tidak hanya warga Kediri, namun juga dari kota lain seperti Malang.
Gunung Klotok terletak di Desa Sukorame, Kecamatan Mojoroto. Gunung tersebut ternyata telah ‘disulap’ menjadi daerah wisata, dan ramai dikunjungi orang, terutama setiap akhir minggu pagi. Di sana, pengunjung tidak hanya akan melihat pepohonan, karena juga terdapat tempat-tempat bersejarah seperti Goa Selomangleng, Museum Airlangga, makam Ki Ageng Selomangleng, sampai kolam renang dan sirkuit motor cross.
Goa Selomangleng

Patung Dewi Sekartaji
Karena sudah menjadi tempat wisata, jadi banyak pula penjual barang-barang mulai dari tas, kaos, hingga kerajinan dari kayu. Di kala perut meraung-raung, tak ada salahnya mencoba sate ayam yang empuk dan lezat di depan jalan menuju goa Selomangleng.
Tema: Wisata Alam

Pohsarang: Dikunjungi Umat Katolik dari Berbagai Kota


Usai dari Gunung Klotok, kami langsung menuju ke Kompleks Gereja Pohsarang. Kompleks Gereja Pohsarang terletak di Jl. Raya Pohsarang, Kecamatan Semen. Gereja tersebut merupakan gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1936. Selain gereja, di kompleks tersebut juga terdapat Gedung Serba Guna yang diresmikan tahun 1998 yang biasa dipergunakan untuk berbagai acara umat Katolik. Selain itu juga terdapat Jalan Salib ‘Bukit Golgota’ yang diresmikan tahun 2000. Di sana pengunjung dapat mengetahui secara singkat kejadian penyaliban Yesus dari patung-patung yang dibuat dengan sangat apik.
salah satu stasi Jalan Salib 'Bukit Golgota'

Di antara itu semua, Goa Maria Lourdes-lah yang tampaknya sangat terkenal (tampak dari setiap papan penunjuk jalan dengan nama ‘Goa Maria Lourdes’). Goa Maria Lourdes yang juga diresmikan pada tahun 2000 tersebut dibuat sebagai replika dari Goa Maria Lourdes di Perancis. Di sana banyak umat Katolik yang beribadah dengan khidmat sambil menyalakan lilin-lilin.

 
Gedung Serba Guna
Gereja Katolik Pohsarang

umat Katolik sedang berdoa di Goa Maria Lourdes
Di kompleks tersebut biasanya diadakan misa oleh umat Katolik. Tidak hanya dari Kediri, tetapi bahkan banyak sekali pengunjung yang datang dari luar kota terutama tiap akhir minggu, seperti dari Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya. Bahkan saat saya berada di sana hari Minggu (6/05), ada serombongan orang dari Semarang menaiki bus demi pergi ke Kompleks Gereja Pohsarang. Namun pengunjungnya bukan hanya umat Katolik, tetapi ada juga umat beragama lain yang datang untuk melihat-lihat keindahan Kompleks Gereja Pohsarang.
Tema: Wisata Religi